Bijak Menggunakan Media Sosial
Bijak Bermedia Sosial - Sekarang ini banyak kita jumpai manusia-manusia "pengadu" di Media Sosial? Mereka adalah manusia yang selalu mengadukan apapun yang terjadi pada dirinya, bahkan mengadu sesuatu yang masih dalam pikiran. Jika diteliti, penyebab kenapa banyak terdapat manusia pengadu, bisa jadi disebabkan oleh keberhasilan cara mendidik. Memang kita sudah dididik untuk mengadu, semenjak bangun tidur hingga menjelang tidur.
Coba apa yang dikatakan oleh Facebook atau Twitter saat kita membuka aplikasi tersebut? Apa yang anda pikirkan (Facebook) dan apa yang sedang terjadi (Twitter). Saya menyebut kolom ini.
APA YANG KAMU PIKIRKAN?
APA YANG SEDANG TERJADI?
Inilah kalimat tanya ajaib yang membuat kebanyakan orang rela memberitahukan pikiran-pikirannya kepada orang lain, baik orang yang mereka kenal, atau orang yang belum pernah ia kenal.
Tidak hanya berlaku di Facebook, tapi hampir si setiap media sosial. Sebuah kolom disediakan untuk pengguna/user untuk di isi, kolom tersebut terbukti ampuh membuat orang ingin menggunakannya. Saya menyebutnya Magic Column.
Tahun 2018, Facebook memiliki Monthly Active Users (MAUs) atau pengguna aktif bulanan mencapai 2,1 miliar. Sementara bila dilihat dari Daily Active Users (DAUs) atau pengguna aktif harian, diklaim rata-rata 1,4 miliar orang menggunakan Facebook tiap hari. Sumber: Inet Detik
Sadar atau tidak, kenyataannya Facebook telah menjelma menjadi tempat berkumpul manusia di dunia maya, dan orang-orang tersebut dengan rela hati memberikan informasi kepada siapapun, baik kepada orang yang sudah ia kenal, maupun kepada orang yang tidak di kenal.
Dalam sekali buka aplikasi Facebook, ada berapa hal yang telah kamu lakukan? Misalnya, berapa status yang kamu buat? Berapa komentar yang telah kamu jawab? Berapa like yang kamu berikan? Dan apa saja post FB yang telah kamu share?
APA YANG KAMU PIKIRKAN?
semua orang yang sudah terkoneksi dengan Facebook berlomba-lomba untuk membuat status terbaik, terlucu, paling infomatif dan terupdate. Jika kamu tanyakan pada diri sendiri seperti ini "untuk apa mengabarkan aktivitas saya saat ini?" Kira-kira apa jawaban kalian.
Saat update status di FB, saya berharap orang-orang membaca apa yang saya tulis, lalu orang-orang tersebut mengirim like dan meninggalkan berkomentar.
Apakah jawaban di atas mewakili perasaanmu? Jika tidak tepat, kira-kira apa harapanmu ketika update status di Facebook?
Secara naluriah, aktivitas kira di Facebook adalah sesuatu yang biasa, orang-orang banyak melakukan hal demikian, jadi ini adalah sesuatu yang bisa dianggap biasa. Status yang bisa menggerakkan orang untuk berinteraksi adalah market tersendiri bagi orang tersebut. Apa yang unik dari hal tersebut? Menurutku hampir tidak ada.
Namun jika kita dalami, sebenarnya ada efek yang dihasilkan dari kebiasaan mengatakan segala sesuatu di Facebook, efek tersebut adalah "TERBIASA MENGADU".
Sudah bukan hal hebat, ketika engkau berada di kedai Sturbucks, lalu mengambil foto dan mengunggahnya di Facebook, karena memang sudah banyak orang melakukan hal yang sama. Mungkin berlaku juga untuk aktivitas lain, seperti saat kita berwisata, makan, jalan dengan pacar, ke tempat-tempat bersejarah, sedang bertengkar, sedang kasmaran, sedang suka dengan seseorang, sedang galau dan aktivitas lainnya.
Ketika kita terburu-buru memposting segala aktivitas di FB atau Media Sosial lainnya, sebenarnya kita dididik untuk menjadi seorang pengadu, tanpa kita sadari. Efeknya langsung bisa dilihat, ketika engkau bercekcok dengan temanmu, rasa-rasanya tidak puas jika belum mengutarakan di media sosial. Atau hal lain yang biasa kamu lakukan ketika hati sedang beraksi atas suatu kondisi tertentu.
Orang-orang akan berkreasi untuk mengutarakan isi hatinya melalui media sosial, dan orang-orang rela melakukan hal itu demi menunjukkan ekspresi-nya.
Ekspresi paling memuakkan (menurut saya adalah), ketika orang-orang senang menggunakan media sosial, sebagai pelampiasan dukung mendukung obyek tertentu. Mereka punya fasilitas instan untuk membenarkan, membantah, memaki, memuji secara instan. Dan hasilnya begitu kacau.
Bagi mereka, itu adalah keasyikan, karena memang itulah ekspresinya, namun bagi mereka yang paham, ini adalah kekacauan sebenarnya. Pertikaian di Media Sosial adalah racun yang bisa menjadikan manusia gampang curiga, gampang marah, gampang mengadu, gampang membenarkan, gampang menyalahkan dan terakhir, gampang menerima berita HOAX.
Jadi, sebenarnya bermedia sosial juga butuh kebijaksanaan. Bener ndak Gaes?
Coba apa yang dikatakan oleh Facebook atau Twitter saat kita membuka aplikasi tersebut? Apa yang anda pikirkan (Facebook) dan apa yang sedang terjadi (Twitter). Saya menyebut kolom ini.
APA YANG KAMU PIKIRKAN?
APA YANG SEDANG TERJADI?
Inilah kalimat tanya ajaib yang membuat kebanyakan orang rela memberitahukan pikiran-pikirannya kepada orang lain, baik orang yang mereka kenal, atau orang yang belum pernah ia kenal.
Tidak hanya berlaku di Facebook, tapi hampir si setiap media sosial. Sebuah kolom disediakan untuk pengguna/user untuk di isi, kolom tersebut terbukti ampuh membuat orang ingin menggunakannya. Saya menyebutnya Magic Column.
Tahun 2018, Facebook memiliki Monthly Active Users (MAUs) atau pengguna aktif bulanan mencapai 2,1 miliar. Sementara bila dilihat dari Daily Active Users (DAUs) atau pengguna aktif harian, diklaim rata-rata 1,4 miliar orang menggunakan Facebook tiap hari. Sumber: Inet Detik
Sadar atau tidak, kenyataannya Facebook telah menjelma menjadi tempat berkumpul manusia di dunia maya, dan orang-orang tersebut dengan rela hati memberikan informasi kepada siapapun, baik kepada orang yang sudah ia kenal, maupun kepada orang yang tidak di kenal.
Dalam sekali buka aplikasi Facebook, ada berapa hal yang telah kamu lakukan? Misalnya, berapa status yang kamu buat? Berapa komentar yang telah kamu jawab? Berapa like yang kamu berikan? Dan apa saja post FB yang telah kamu share?
APA YANG KAMU PIKIRKAN?
semua orang yang sudah terkoneksi dengan Facebook berlomba-lomba untuk membuat status terbaik, terlucu, paling infomatif dan terupdate. Jika kamu tanyakan pada diri sendiri seperti ini "untuk apa mengabarkan aktivitas saya saat ini?" Kira-kira apa jawaban kalian.
Saat update status di FB, saya berharap orang-orang membaca apa yang saya tulis, lalu orang-orang tersebut mengirim like dan meninggalkan berkomentar.
Apakah jawaban di atas mewakili perasaanmu? Jika tidak tepat, kira-kira apa harapanmu ketika update status di Facebook?
Secara naluriah, aktivitas kira di Facebook adalah sesuatu yang biasa, orang-orang banyak melakukan hal demikian, jadi ini adalah sesuatu yang bisa dianggap biasa. Status yang bisa menggerakkan orang untuk berinteraksi adalah market tersendiri bagi orang tersebut. Apa yang unik dari hal tersebut? Menurutku hampir tidak ada.
Namun jika kita dalami, sebenarnya ada efek yang dihasilkan dari kebiasaan mengatakan segala sesuatu di Facebook, efek tersebut adalah "TERBIASA MENGADU".
Sudah bukan hal hebat, ketika engkau berada di kedai Sturbucks, lalu mengambil foto dan mengunggahnya di Facebook, karena memang sudah banyak orang melakukan hal yang sama. Mungkin berlaku juga untuk aktivitas lain, seperti saat kita berwisata, makan, jalan dengan pacar, ke tempat-tempat bersejarah, sedang bertengkar, sedang kasmaran, sedang suka dengan seseorang, sedang galau dan aktivitas lainnya.
Media Sosial adalah racun yang bisa menjadikan manusia gampang curiga, gampang marah, gampang mengadu, gampang membenarkan, gampang menyalahkan dan terakhir, gampang menerima berita HOAX.
Ketika kita terburu-buru memposting segala aktivitas di FB atau Media Sosial lainnya, sebenarnya kita dididik untuk menjadi seorang pengadu, tanpa kita sadari. Efeknya langsung bisa dilihat, ketika engkau bercekcok dengan temanmu, rasa-rasanya tidak puas jika belum mengutarakan di media sosial. Atau hal lain yang biasa kamu lakukan ketika hati sedang beraksi atas suatu kondisi tertentu.
Orang-orang akan berkreasi untuk mengutarakan isi hatinya melalui media sosial, dan orang-orang rela melakukan hal itu demi menunjukkan ekspresi-nya.
Ekspresi paling memuakkan (menurut saya adalah), ketika orang-orang senang menggunakan media sosial, sebagai pelampiasan dukung mendukung obyek tertentu. Mereka punya fasilitas instan untuk membenarkan, membantah, memaki, memuji secara instan. Dan hasilnya begitu kacau.
Bagi mereka, itu adalah keasyikan, karena memang itulah ekspresinya, namun bagi mereka yang paham, ini adalah kekacauan sebenarnya. Pertikaian di Media Sosial adalah racun yang bisa menjadikan manusia gampang curiga, gampang marah, gampang mengadu, gampang membenarkan, gampang menyalahkan dan terakhir, gampang menerima berita HOAX.
Jadi, sebenarnya bermedia sosial juga butuh kebijaksanaan. Bener ndak Gaes?
Posting Komentar untuk "Bijak Menggunakan Media Sosial"