Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengkritik & Dikritik

Kritik berasal dari bahasa Yunani, yaitu clitikos (yang membedakan). Menurut KBBI, kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Wikipedia, kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.

Jika diperinci lebih detail, syarat utama agar kritik bisa disebut kritik, selalu memuat ciri khusus, seperti:
  1. Kritik memuat analisa;
  2. Kritik bersifat mengevaluasi;
  3. Kritik memuat pertimbangan baik atau buruk;
  4. Kritik memberikan bantuan dalam memperbaiki pekerjaan;
  5. Kritik beda dengan nyinyir.
Maka, dari pengertian di atas, kritik adalah upaya intelektualitas yang bersifat mengurai apa-apa yang menjadi obyek dari kritik tersebut sehingga ada nilai. Bukan bernilai menghina, mengecilkan, membuat marah, membuat tersinggung atau membuat baper. Yang saya sebut ini tadi adalah efek dari dimunculkannya kritik dan bukan tujuan utama.

Lazimnya kritik diberikan kepada pejabat publik atau kepada layanan publik. Seseorang yang tidak ada sangkut pautnya dengan publik jarang sekali mendapatkan kritik.

Kritik tentu beda dengan nyinyir (kata untuk menyebutkan seseorang yang selalu mencela), namun bisa menghasilkan efek sama. Misalnya, orang yang tidak pernah mendapatkan kritik, yang selama hidupnya terfasilitasi dan jarang bersinggungan dengan publik, akan sulit membedakan mana nyinyir dan mana kritik.

Orang yang memiliki watak dominan otoriter, sulit membedakan mana kritik dan mana nyinyir, karena seorang otoriter cenderung memiliki penekanan kekuasaan tanpa melihat derajat kebebasan individu.

Maka tidak menjadi bijak jika kritik tidak dipahami dengan baik, mungkin akan terjadi anggapan bahwa, nyinyir dianggap kritik, dan kritik di anggap nyinyir. Begitu juga bagi obyek yang terkena kritik, jika tidak bisa mengatur emosinya, orang yang mengritik bisa dianggap sebagai orang yang tidak setuju akan pendapatnya atau kebijakannya.

KRITIK TIDAK HARUS ADA SOLUSI

Munculnya kritik selalu ada pemicu. Pemicu biasanya berupa masalah. Tahukah kalian apa itu masalah? 

Masalah didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang diharapkan.

Contohnya seperti ini. Si A membuat kebijakan program pengurangan kemiskinan dengan target 80% dari total masyarakat di daerah tertentu. Pada realisasinya, si A hanya mampu mencapai 50% dari target yang ditentukan. Berarti dari perbandingan rencana dan realisasi tersebut ada jarak sebesar 30% tak terealisasi. 

Tidak tercapainya target tersebut disebut dengan masalah, karena ada keadaan yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Mengenai alasannya apa, ada banyak faktor yang menentukan. Nah, pengkritik dapat hadir pada ruang ini.

Contoh mudahnya seperti ini, kamu mentargetkan diri menikah pada usia 25 tahun, namun di usia 30 kamu belum juga menikah alias masih jomblo. Berarti ada masalah pada targetmu. Alasan kenapa bisa terjadi, bisa jadi karena kamu belum laku. (baper).

Ada banyak bentuk masalah, dan ada banyak analisa kenapa bisa menjadi masalah. Bagi orang yang bertugas mensukseskan target tersebut, berperan sebagai seorang yang bertanggung jawab untuk memperbaiki masalah, dan bagi pengritik, ia hadir untuk membantu mengurai kenapa masalah itu bisa terjadi.

Sudah jelas apa belum? kalau belum, bisa jadi hidup kamu kebanyakan masalah.

Kritik dibarengi dengan analisa sekaligus pertimbangan-pertimbangan yang banyak jenisnya. Berarti, kritik sudah merupakan bantuan kepada penanggung jawab dalam mengurai masalah. Jika di logikakan, kritik tak seharusnya dan tak wajib dibarengi dengan solusi. Karena kritik dan solusi bukanlah dua kata kerja yang dijodohkan untuk selalu bersama. 

Misalnya saya sedang mengritik persoalan yang sedang di tanggung pemerintah (ini hak dan kewajiban paling lazim bagi masyarakat), sebenarnya saya sedang tidak ada kewajiban untuk memperbaiki masalah tersebut. Kewajiban perbaikan melekat pada abdi negara yang dipekerjakan dan dibayar oleh negara. Kritik yang saya berikan hanya bersifat membantu mengurai persoalan. Untuk solusi, itu adalah menu bagi yang berkewajiban menyelesaikan masalah.

Jadi sudah jelas to, adagium "kritik membangun atau kritik dibarengi solusi" adalah upaya untuk menyesatkan pengertian dari kritik itu sendiri. 

Dewasa Karena Kritik 

Seringkali, sebuah pendapat yang keluar dari seseorang dan bernada tidak menyepakati suatu hal dari pendapat sebelumnya dimaknai sebagai kritik. Atau uraian pendapat yang menunjukkan kesalahan atas kebijakan tertentu juga dimaknai dengan kritik. Tunggu dulu dan jangan buru-buru, tidak semua pendapat berbeda disebut sebagai kritik.

Ada banyak faktor kenapa orang berbeda pandangan, mungkin karena sakit hati, ada masalah pribadi atau karena tidak suka, namun ada juga yang sifatnya untuk membantu mengurai, seperti yang saya tulis di atas. 

Kritik menghubungkan antara pengkritik (kritikus) dan orang yang dikritik. Setidaknya keduanya memiliki sikap legowo dan lapang dada, supaya kritik menemukan tujuan sebenarnya dan teraktivasi dengan baik. Memunculkan gangguan pada kritik yang tersampaikan adalah upaya untuk menegasikan kritik itu sendiri.

Misal, ketika kritik muncul, si pengkritik tidak boleh langsung menganggap bahwa apa yang disampaikan adalah kebenaran mutlak. Begitu pula bagi yang dikritik, tidak boleh menganggap bahwa kritik yang disampaikan padanya adalah sebuah hujatan yang bersifat merendahkan. Kritik adalah kerja otak, itu adalah logika, sedangkan logika memiliki penyakit yang disebut dengan logical falacy (sesat berpikir). 

Lawan dari Logical falacy adalah kewarasan dalam berlogika, sedang kewarasan itu muncul dari emosi yang stabil, letaknya ada pada hati. Jadi lapangkanlah dadamu terlebih dahulu, karena hati ada dalam dada.

Meski sebenarnya, kritik adalah salah satu pemicu letupan emosi yang kerap muncul bagi yang dikritik, dan memicu letupan emosi bagi kritikus jika ada ganguan yang dimunculkan oleh yang terkritik. Itu semua tampak wajar. Gesekan itu perlu supaya ada pemahaman.

Oh ya, yang harus digaris bawahi adalah, kritik sekali lagi adalah wilayah domain otak yang tersalurkan melalui lisan maupun tulisan, bukan wilayah fisik. Jika domain otak ini di sangkutpautkan domain fisik, yang terjadi adalah pertikain fisik. Ini bukan bentuk kejam dar logical falacy.

Terakhir adalah, batu akik tak bisa halus dan indah jika tidak sering digesek. Meski "gesekan" kerap dipahami sebagai sesuatu yang buruk, namun gesekan tertentu bisa menghasilkan kenikmatan. Jadi kenalilah terlebih dahulu mana gesekan yang bisa memunculkan kenikmatan dan gesekan yang memunculkan pertikaian dan kesengsaraan.

Pertanyaannya sekarang adalah. Kira-kira gesekan apa yang bisa menimbulkan kenikmatan?

Posting Komentar untuk "Mengkritik & Dikritik"