Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sharing Pengalaman Menikah Secara Sederhana Dan Low Budget

Menikah adalah impian dan dambaan bagi semua pasangan untuk hidup bersama memulai gerbang baru kehidupan. Beragam konsep upacara / acara pernikahan menjadi pilihan pasangan yang akan menikah dari cara konsep menikah secara sederhana sampai dengan konsep pernikahan yang glamor. elegan, atau mewah. Tentu itu adalah pilihan masing-masing pasangan dan keluarga besar. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman menikah secara sederhana dengan dana / budget untuk menikah yang bisa dikatakan murah (tidak terlalu mahal atau tinggi), ya mungkin bisa di bilang pernikahan yang simpel dan minimalis.

Alasan menikah secara sederhana tentunya beragam, mulai dari memang berkeinginan menikah secara sederhana, disesuaikan dengan anggaran / budget, atau bisa juga disebabkan terkendala dengan waktu. Loh kok waktu? Nah ini yang ingin saya sharing.

Menikah cara sederhana dengan modal sedikit minim low budget tanpa resepsi dan pelaminan
Menikah cara minimalis sederhana dengan anggaran minim low budget tanpa resepsi besar dan tanpa pelaminan
Saat itu saya bekerja dengan sistem shift sebagai staf keamanan atau security sedangkan calon istri saya bekerja sebagai seorang pramuniaga juga dengan sistem kerja shift. Kami sama-sama bekerja di sebuah toko / department store yang sama. Tentunya jika ada hubungan percintaan atau hubungan keluarga di antara karyawan maka biasanya salah satunya akan di mutasi ke toko lain supaya tidak mengganggu pekerjaan. Namun saat kami bekerja di sana kami tidak mencolok atau menunjukkan bahwa kami berpacaran karena di saat bekerja kami selalu menjaga jarak dan sikap. Dengan selalu menjaga sikap maka kami tetap masih bisa bekerja dalam satu lingkungan kerja yang sama dan tidak di mutasi. Semua karyawan di sana pada saat itu sudah mengetahui bahwa ada hubungan cinta di antara kami.

Kembali ke masalah kendala waktu menikah. Jika kami terang-terangan meminta izin libur untuk menikah maka risiko yang kami khawatirkan saat itu adalah salah satu dari kami akan di mutasi ke toko lain atau salah satu dari kami harus berhenti bekerja dari toko tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka kami mencari solusi kapan waktunya untuk mengurus berkas pernikahan (termasuk segala sesuatunya), dan kapan hari menikahnya.

Kalau saat itu kami memutuskan libur di akhir pekan untuk menikah juga tidak mungkin karena karyawan tidak diperkenankan oleh toko untuk libur pada akhir pekan yaitu Sabtu atau Minggu sebab pada akhir pekan biasanya toko ramai didatangi pembeli / pengunjung. Lalu, jika kami libur bersamaan dalam beberapa hari maka kami akan dicurigai dan kami merasa tidak enak pada rekan kerja shift kami masing-masing.

Dari kendala-kendala menikah tersebut maka solusi kami untuk menikah adalah bagaimana caranya menikah dengan cepat dan sederhana. Menikah secara sederhana juga merupakan keinginan dari calon istri saat itu dan untuk mahar atau maskawin calon istri juga tidak meminta syarat / maskawin khusus dalam nilai atau rupiah tertentu. Begitu pula dengan keluarga kami masing-masing. Keluarga kami juga menginginkan pernikahan dan maskawin yang sederhana. Akhirnya saya dan calon istri saat itu sepakat memutuskan untuk libur satu hari pada hari kerja untuk menikah dan keesokan harinya kami masuk kerja kembali.

Apa saja acara pernikahannya? Kami hanya menggelar akad nikah di rumah mempelai wanita (bukan di masjid atau gedung), tanpa pelaminan, tanpa foto prewed, tanpa dekorasi dan tema, tanpa pesta, tanpa panggung, tanpa dokumentasi khusus (foto video wedding), tanpa kue pengantin, tanpa adat, dan untuk resepsi kami hanya menggelar jamuan makan kecil untuk keluarga saja sebagai wujud syukuran atas pernikahan kami. Untuk maskawinnya adalah berupa seperangkat alat salat sedangkan untuk konsumsinya yang memasak juga dari pihak keluarga. Secara ringkas pernikahan sederhananya adalah akad nikah, syukuran (makan bersama keluarga dan undangan), dan selesai.

Untuk pakaian yang kami gunakan, saya mengenakan jas sedangkan istri saat itu menggunakan kebaya. Ya hanya itu. Untuk undangan juga terbatas. Selain orang tua tentunya dan juga keluarga yang hadir, kami juga mengundang tetangga dan sahabat dekat dan itupun tanpa undangan resmi (kami tidak mendesain / membuat, mencetak dan menyebar kartu undangan pernikahan).

Rincian harga / perhitungan biaya untuk menikah dengan cara sederhana ini tentunya juga sangat minim, rendah dan terjangkau. Modal atau biaya yang diperlukan yaitu untuk transport ke sana-sini seperti misal membuat surat pengantar menikah dan menyiapkan segala sesuatunya, biaya penghulu / KUA, dan biaya untuk makan / konsumsi saat acara.

Setelah acara selesai dan kami kembali bekerja, beberapa lama waktu kemudian akhirnya pernikahan kami diketahui oleh pihak toko. Namun ternyata itu tidak menjadi masalah sebab sedari awal sampai kami menikahpun kami bertindak profesional dengan tidak menunjukkan adanya kedekatan di antara kami dalam keseharian bekerja.

Demikian sharing dari saya mengenai menikah dengan cara sederhana tanpa resepsi besar dan maskawin yang mahal dengan budget / angggaran yang minim / irit / hemat. Semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi ya

Posting Komentar untuk "Sharing Pengalaman Menikah Secara Sederhana Dan Low Budget "