Mengagumi Keindahan Alam Jalur Watulimo - Munjungan
Kemarin saya menulis artikel tentang cerita perjalanan dari Watulimo ke Munjungan, dalam rangka liburan lengkap dengan segala persoalan yang mengikuti. Dan yang sedang anda baca ini merupakan artikel lanjutan dari tulisan kemarin. Semoga apa yang saya tulis di sini dapat menjadi catatan perjalanan yang bisa pembaca nikmati.
Meskipun aral rintangan gegara motor Vega yang belum sepenuhnya siap diajak berkeliling di medan sulit, namun kami berempat mendapati kegembiraan tersendiri. Bagi saya, menelusuri jalan alternatif dari Watulimo ke Munjungan masih saya lakukan pertama kali ini. Namun, saya sudah melewati jalur ini dari arah Munjungan ke Watulimo sebanyak 3 kali. Memang kondisi jalan sekarang sudah lebih bagus ketimbang saat saya melewatinya pertama kali.
Usai membetulkan motor Vega, kami mencari spot pemberhentian guna istirahat. Kebetulan tidak jauh dari tempat lepasnya rantai motor, di atas sedikit ada tempat pemberhentian yang bagus. Mungkin nanti jika jalanan ini sudah sepenuhnya bagus, tempat itu bisa dipakai sebagai rest area.
Dari tempat ini kami merasakan hembusan angin yang cukup besar, angin datang dari arah barat, padahal menurut logikanya, angin seharusnya datang dari arah selatan. Mungkin saja angin membelok mengikuti sela-sela topografi bukit. Selain itu kami dapat melihat secara langsung pemandangan laut dan gunung, Pantai Damas dan Pantai Prigi terlihat menyatu, begitu juga dengan Pantai Pasir Putih dan Pantai Karanggoso. Saya menyalakan rokok, Mbah Doni mengambil makanan yang ia beli dari toko saat masih berada di Desa Sumber. Bang Gun dan Ajar sama-sama menyalakan rokok sambil memakan jajanan yang dibawa Mbah Doni.
Kami mengamati pemandangan indah dari atas, memulai obrolan tentang keindahan alam Trenggalek dan mengurai fiksi masa yang akan datang. Watulimo, memiliki segudang berkah dari Illahi, yang juga memikat para pembuat kebijakan untuk menata ulang tempat tersebut menjadi sebuah kota di dalam kota. Saat ini dan masa yang akan datang, Prigi telah menjadi prioritas pembangunan, di antaranya pembangunan Kota Kompak Cerdas dan pembangunan pelabuhan perintis. Saya membayangkan akan berdiri banyak bangunan di tempat tersebut, yang tentu saja akan memikat para investor.
Tiba-tiba, saya merasakan sembelit, sebenarnya rasa ingin boker sejak berada di Desa Sumber, namun saya tahan hingga sampai berada di hutan, saya ingin buang air besar di antara semak-semak. Dulu saya sering melakukan hal ini, dan memang sudah lama saya tidak melakukannya lagi. Kebetulan, Bang Gun membawa tisu basah, jadi klop sudah keinginan saya untuk melakukan "hal jorok". Untuk yang ini, tidak perlu saja ceritakan detailnya.
Puas memandangi view teluk Prigi, kami melanjutkan perjalanan. Karena jalanan sudah tidak lagi menanjak, si Vega tidak lagi karena beban, hanya saja, jika mesinnya sudah panas, mesin langsung mati sendiri. Keadaan semacam inilah yang membuat kami kembali fasih (misuh) mengumpat.
Kami istirahat lagi di bukit kedua, tempat ini menyuguhkan pemandangan yang tak kalah cantik dari pemandangan sebelumnya. Dari sini kami langsung bisa mengamati view laut yang sudah masuk kawasan Kecamatan Munjungan. Gugusan gunung yang lebih beragam, membuat laut Munjungan tampak lebih indah. Bang Gun menyebut bahwa penampakan laut Munjungan menyerupai pemandangan di laut Segigi, Lombok.
Tak ingin membuang begitu saja momen indah, kami mengabadikan pemandangan dengan kamera. Mbah Doni, tidak kehilangan kegilaannya, ia mengambil bongkok (pelepah daun kelapa) yang mengering dan memakainya sebagai media bersua foto, menirukan gaya Harry Potter menaiki sapu terbang. Karena tertarik dengan apa yang dia lakukan, saya dan ajar menirukan aksinya.
Kami menikmati perjalanan ini, dengan berjalan pelan sambil mengamati keindahan apa yang bisa kami di tujukkan kepada para pembaca. Berjalan pelan dan tidak terburu-buru selalu memberikan kita pada sudut pandang baru, begitulah cara menikmati perjalanan.
Selain itu, kami ingin memperlihatkan kepada banyak orang banyak ada banyak anugerah Ilahi yang diberikan kepada Trenggalek yang patut dijaga dan dirawat serta tidak terlalu banyak mengeksploitasi mereka menjadi semacam ambisi pembangunan. Kalau sudah diberikan anugerah, lantas apa yang akan dilakukan? Merusaknya atau merawatnya.
Kami terus melakukan perjalanan, singgah di tempat-tempat yang mengeluarkan daya tarik bagi kami, lalu mencatatnya dalam ingatan kemudian saya tuliskan dan bisa dibaca oleh banyak orang. Ada beberapa tempat yang telah kami kunjungi, seperti Juruk Bangun, Wonoasri, Pantai Blado, Pantai Ngadipuro dan menikmati ikan-ikan segar yang baru saja ditangkap oleh nelayan Munjungan. Kami gembira menikmati perjalanan mengesankan ini.
Saya akan tuliskan lagi keasyikan bepergian di tempat-tempat tersebut di episode mendatang, tetap terhubung dengan mastrigus.com ya.
Posting Komentar untuk "Mengagumi Keindahan Alam Jalur Watulimo - Munjungan"